Mungkinkah Akibat ‘Permainan Cukong’  Bikin Harga Lada Anjlok?

Foto : Butiran lada putih. (Net)

PANGKALPINANG,SpotBerita – Lada merupakan komoditas yang diperdagangkan di pasaran dunia. Sebaliknya anjloknya harga komoditas lada pun dipengaruhi pula oleh pasar dunia terutama permintaan pasar.

Saat ini diketahui jika kisaran harga lada putih (White Pepper) saat ini di tingkat para pengepul yakni antara Rp 45 ribu hingga Rp 50 ribu, bahkan dalam beberapa semester terakhir ini harga lada signifikan mengalami kemerosotan.

Terkait kondisi ini pula sejumlah petani lada di Provinsi Bangka Belitung (Babel) pun sempat mengeluhkan anjloknya harga lada akhir-akhir ini hingga dirasakan para petani justru kini merasa dirugikan.

Bahkan terkait persoalan harga lada putih kini mengalami penurunan hingga ratusan mahasiswa pun beberapa waktu lalu sempat menggelar aksi demo di halaman kantor gubernur Babel, Air Itam, Kota Pangkalpinang.

Tak sekedar itu aksi demo yang digelar sejumlah mahasiswa tersebut justru menuai respon langsung kepala daerah provinsi Babel, Erzaldi Rosman Johan selaku gubernur Babel.
Foto : Dr Zaidan SH MHum. (Yoza)

Saat aksi demo sejumlah mahasiswa pun mendesak gubernur Babel ini secepatnya mencari solusi terkait anjloknya harga lada putih hingga dianggap merugikan masyarakat petani di Babel.

Menyikapi kondisi tersebut gubernur Babel, Erzaldi Rosman Johan pun membentuk tim investigasi yang dikoordinir oleh Kombel Pol (Purn) Zaidan SH SAg Mhum melakukan penyelidikan sekaligus terjun ke lapangan guna mengetahui titik permasalahan apa faktor penyebab harga lada putih kini di pasaran anjlok.

Alhasil tim yang dipimpin Zaidan pun berhasil mengungkap  sejumlah fakta di lapangan dari giat perdagangan lada putih asal Bangka yang diperdagangkan antar pulau hingga manca  negara oleh sejumlah pengusaha atau eksportir namun diduga telah terjadi penyimpangan.

Foto : Para direktur/wakil direktur perusahaan eksportir lada saat menjalani pemeriksaan oleh tim. (Istimewa)

Oleh karenanya menindaklanjuti temuan tersebut Zaidan mengatakan ia selaku tim Pengawas, Pembinaan & Pemasaran Lada Provinsi Babel yang dibentuk oleh gubernur Babel, Kamis (24/10/2019) memanggil sekaligus memeriksa sedikitnya 8 perusahaan atau pengusaha eksportir lada putih asal pulau Bangka.

Dijelaskanya dari upaya investigasi yang dilakukan oleh timnya itu selama ini pihaknya berusaha mencari keterkaitan dengan temuan fakta di lapangan dengan harga lada putih yang dianggapnya merosot saat ini hingga merugikan masyarakat petani.

“Hari ini kita telah memeriksa 9 ekportir lada putih untuk dimintai keterangan dalam rangka interograsi  bukan justicia sehingga hasil pemeriksaan dari mereka kita bisa mendapatkan keterangan,” terangnya.

Adapun sejumlah perusahaan pengekspor lada yang hadir dalam pemeriksaan saat itu yakni PT Bangka Alam Sejahtera, PT Makro Jaya Lestari, PT Bangka Buana Internasional,  CV Panen Baru, CV Laris Jaya, CV Indo Bakti Makmur, CV Rahman Al Assad, PT Pandu Bangka Internasional dan PT Lada Jaya Lestari.

Namun dari sejumlah pihak perusahaan ekportir lada yang hadir sebagian besar pimpinan atau wakil direktur justru satu perusahaan yang sempat ditolak pihaknya lantaran pihak CV Rahman Al Assad hanya mengutus para staf.

Meski begjtu diharapkanya dari hasil pemeriksaan sejumlah ekportir lada putih tersebut pihaknya dapat mengetahui bagaimana mekanisme sistem perdagangan lada selama ini baik perdagangan luar negeri dan antar pulau.

“Terus kita dapat bagaimana sistem perdagangan lada maupun organisasi yang berkaitan dengan lada itu antara lain Badan Pengelolaan Pengembangan & Pemasaran Lada (B3L — red) namun kita agendakan senin pekan mendatang,” urainya.

Selain itu ditambahkanya jika dalam pemeriksaan tersebut berbagai macam pertanyaan yang ditujukan kepada sejumlah pimpinan perusahaan ekportir lada tersebut diantaranya seputar kelengkapan administrasi perusahaan, perolehan asal lada yang didapat oleh perusahaan tersebut termasuk pertanyaan seputar penggunaan Indikasi Geografis atau disebut IG.

“Insya Allah senin pekan depan kita juga akan memeriksa pihak-pihak terkait lainnya yakni pihak BP3L termasuk AELI (Asosiasi Ekportir Lada Indonesia — red) terkait persoalan serupa,” tegas pria pensiunan Polri berpangkat Kombes ini yang juga kini berprofesi sebagai pengacara.

Salah seorang pimpinan perusahan ekportir lada ditemui jurnalis media ini usai pemeriksaan oleh tim tak menampik jika saat itu memang ada giat pemeriksaan oleh tim Pengawas, Pembinaan & Pemasaran Lada Babel.

“Iya pemeriksaan soal lada,” jawab pimpinan perusahaan ekportir lada ini singkat.
Sementara informasi yang berhasil dihimpun tim reporter media ini di lapangan menyebutkan jika anjloknya harga pasaran lada putih di pasaran dunia lantaran diduga adanya ‘permainan’ para oknum cukong-cukong termasuk oknum pengurus lembaga terkait  diduga telah melakukan penyimpangan terhadap IG (Indikasi Geografis) atau saat hendak melakukan ekspkr lada ke luar negeri.

Sementara pola atau modus kejahatan bisnis yang dipraktekan oleh segelintir oknum pengusaha eksporitr lada diduga  pula berkolaborasi dengan oknum pengurus lembaga terkait dengan cara mengekspor sejumlah lada ke luar pulau Bangka atau luar negeri tanpa melalui proses uji laboratorium khusus lada.

Sebaliknya oknum pelaku eksportir lada berkolaborasi dengan lembaga terkait justru cukup menetapkan IG tersebut pada produk (lada) hingga kegiatan ‘bisnis abu-abu’ berjalan mulus dan sebaliknya para oknum cukong tersebut meraih keuntungan besar di atas penderitaan para masyarakat petani lada di Babel.

Kondisi ini diduga akan berpengaruh terhadap harga lada putih atau Muntok White Pepper asal Babel khususnya harga lada putih kini kian merosot.

Tak cuma itu bahkan informasi lainnya yang berhasil dihimpun media ini pun menyebutkan pula jika sejumlah perusahaan asing atau luar negeri dalam menjalankan bisnis lada putih justru menggunakan brand (merek) Muntok White Paper (MWP) tanpa sah. (Yoza)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *